Alat Ukur Kadar Gas Oksigen Menggunakan GS Oxygen Sensor
Oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara
bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kadar oksigen bisa juga
digunakan sebagai acuan untuk menentukan kualitas udara suatu lingkungan.
Semakin tinggi kadar oksigen maka kualitas udara suatu lingkungan semakin
bagus.
Pada
makalah ini akan dijelaskan mengenai alat ukur kadar oksigen yang dirancang manual
(buatan manusia) menggunakan sensor GS Oxygen KE-Seires buatan Figaro Sensor. Blok diagram dari sistem pengukuran
ini ditunjukkan pada gambar 1. Pengkondisial sinyal yang digunakan berupa operational ampiflier (Op-Amp).
Mikrokontroller digunakan sebagai elemen pemrosesan sinyal. Untuk elemen
penampil, digunakan Liquid Crystal
Display (LCD) karakter dan sebuah tampilan pada komputer menggunakan Borland
Delphy 7 dan MySQL sebagai penyimpanan basis data. Makalah ini hanya akan menjelaskan
sampai elemen penampil berupa LCD karakter saja.
Gambar 1: Blok diagram sistem
pengukuran kadar oksigen
SENSOR GAS OKSIGEN
Sensor yang digunakan adalah sensor gas
oksigen jenis KE buatan Figaro Sensor. Sensor jenis ini mempunyai struktur yang
sama dengan baterai yang terdiri dari elektroda dan eletrolit. Sensor ini
memiliki 2 tipe, yaitu KE-25 dan KE-50. Elektroda dibagi menjadi anoda berupa
Pb (timbal) dan katoda yang terbuat dari emas (Ag) serta elektrolit berupa asam
lemah atau alkaline. Elektroda emas merupakan sebuah padatan yang
beupa selaput yang tidak berongga (non-porous membrane).
Oksigen yang masuk ke dalam sensor, direduksi
pada elektroda emas dengan reaksi elektrokimia. Anoda dan katoda dihubungkan
dengan sebuah termistor dan resistor. Resistansi dua resistor ini mengubah arus
yang terjadi akibat reaksi elektrokimia menjadi tegangan. Besar arus yang
mengalir pada dua resistor dipengaruhi oleh banyak oksigen yang tertangkap oleh
membran elektroda. Tegangan resistansi ini digunakan sebagai keluaran sensor
oksigen. Skema struktur sensor ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2: Struktur sensor
oksigen KE-25/KE-50
Karakteristik dari sensor ini ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3a menunjukkan grafik hubungan konsentrasi oksigen dengan tegangan
keluaran yang dihasilkan untuk jenis KE-25, sedangkan gambar 3b untuk jenis
KE-50. Gambar 4 menunjukkan pola respon dari tagangan keluaran sensor. Sumbu y
merupakan rasion tegangan keluaran terhadap tegangan saturasi
PENGKONDISIAN SINYAL
Pengkondisian sinyal adalah device yang difungsikan untuk mengkondisikan sinyal keluaran dari sensor agar dapat dibaca oleh elemen pemrosesan sinyal. Karena keluaran dari sensor oksigen masih dalam skala milivolt, maka digunakan elemen pengkondisial sinyal berupa penguat operasional tak membalik (non-inverting op-amp). Non-inverting op-amp dipilih untuk menguatkan tegangan keluaran sensor menjadi 0-5 Volt agar dapat dibaca oleh mikrokontroller.
Gambar 5: Skema non-inverting op-amp
Gambar 5
menunjukkan skema non-inverting op-amp. Cara kerja dari op-amp tersebut adalah
keluaran sensor dihubungkan langsung ke masukan op-amp. Integrated Circuit (IC)
yang digunakan adalah tipe OP07 dengan R1 = 1 kΩ dan R2 = 10 kΩ variabel. Tegangan
untuk supply adalah +12 Volt dan -12Volt.
ELEMEN PEMROSESAN SINYAL
Elemen pemrosesan sinyal yang digunakan adalah
Analog to Digital Converter (ADC) yang terdapat pada microcontroller tipe
ATMEGA 8535, yang ditunjukkan pada gambar 6. Fungsi ADC adalah untuk mengubah
sinyal keluaran dari elemen pengkondisian sinyal yang berupa tegangan (sinyal
analog) menjadi bentuk sinyal digital. Sinyal digital digunakan sebagai masukan
pada elemen penampil (display).
Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk besaran
yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi. Sebagai
contoh, bila tegangan referensi 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input
terhadap referensi adalah 60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan skala
maksimum 255, akan didapatkan sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk
desimal) atau 10011001 (bentuk biner)
ELEMEN PENAMPIL (DISPLAY)
Display
digunakan untuk menampilkan informasi nilai terukur dari sensor. Pada alat ukur
kadar gas oksigen ini digunakan elemen display berupa Liquid Crystal Display (LCD) karakter, yang ditunjukkan pada
gambar 7. Informasi yang terdapat pada LCD adalah nilai prosentase kadar
oksigen. Untuk dapat menampilkan nilai tersebut, perlu dilakukan pmrograman
pada mikrokontroller dengan menggunakan program CodeVision AVR. Pada program
tersebut, nilai keluaran ADC akan dihubungkan ke LCD dengan bahasa pemrograman.
Contoh pemrograman mikrokontroller menggunakan CodeVision AVR ditunjukkan pada
gambar 7.
Elemen pemrosesan sinyal yang digunakan adalah
Analog to Digital Converter (ADC) yang terdapat pada microcontroller tipe
ATMEGA 8535, yang ditunjukkan pada gambar 6. Fungsi ADC adalah untuk mengubah
sinyal keluaran dari elemen pengkondisian sinyal yang berupa tegangan (sinyal
analog) menjadi bentuk sinyal digital. Sinyal digital digunakan sebagai masukan
pada elemen penampil (display).
Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk besaran
yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi. Sebagai
contoh, bila tegangan referensi 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input
terhadap referensi adalah 60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan skala
maksimum 255, akan didapatkan sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk
desimal) atau 10011001 (bentuk biner)
Display
digunakan untuk menampilkan informasi nilai terukur dari sensor. Pada alat ukur
kadar gas oksigen ini digunakan elemen display berupa Liquid Crystal Display (LCD) karakter, yang ditunjukkan pada
gambar 7. Informasi yang terdapat pada LCD adalah nilai prosentase kadar
oksigen. Untuk dapat menampilkan nilai tersebut, perlu dilakukan pmrograman
pada mikrokontroller dengan menggunakan program CodeVision AVR. Pada program
tersebut, nilai keluaran ADC akan dihubungkan ke LCD dengan bahasa pemrograman.
Contoh pemrograman mikrokontroller menggunakan CodeVision AVR ditunjukkan pada
gambar 7.
Gambar 7: LCD karakter
Source :
sumber jurnal dr mana mbak? yg diatas tdk bisa dibuka
ReplyDelete