PERANCANGAN ALAT PENGUKUR TINGGI
BADAN DIGITAL MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER
PENDAHULUAN
Alat Pengukur Tinggi
Badan Digital didefinisikan sebagai piranti mekanik yang mampu melakukan
pekerjaan manusia. Pekerjaan manusia yang dapat dilakukan oleh alat pengukur
tinggi badan digital tersebut adalah mengukur tinggi badan seseorang tanpa
bantuan petugas. Tetapi apabila melakukan pengukuran tinggi badan dilakukan
dengan cara manual maka sangat merepotkan bagi petugas penjaganya, maka
dibuatlah alat pengukur tinggi badan digital ini yang dibuat secara minimalis
hingga menyerupai bentuk aslinya. Jika dilihat dari segi penampilan alatnya
mungkin tidak jauh berubah,hanya fungsinya lebih baik untuk digunakan sebagai
alat ukur dan tingkat akurasinya lebih terjamin. Rangkaian Pengukur Tinggi
Badan Digital Dengan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler AT8951 ini,
merupakan sebuah rangkaian yang dapat mengukur tinggi badan secara digital.
Adapun rangkaian ini terdiari dari beberapa blok rangkaian. Diantaranya adalah,
power supply dengan keluaran sebasar 5 V, blok sensor dengan menggunakan modul
sensor Ultrasonik PING, bagian control yang menggunakan mikrokontroler AT89S51,
serta output yang berupa Liquid Crystal Display (LCD). Sebuah sensor PING
Ultrasonik akan mendeteksi benda di sekitar sensor. Pemancar Sensor akan
mengirimkan gelombang ultrasonik. Jika gelombang ultrasonik memantul kembali ke
penerima, berarti ada objek di sekitar sensor. Mikrokontroler akan menghitung
waktu yang dibutuhkan untuk menerima gelombang ultrasonik dan menentukan jarak
antara sensor dengan lantai. Jarak dapat dibaca dari Liquid Crystal Display
(LCD). Setelah dirakit dan diuji, perangkat ini bekerja dengan baik. Perangkat
ini dapat mendeteksi objek sampai dengan jarak 255 Cm dari sensor
MIKROKONTROLLER
AT89S51
Mikrokontroler AT89S51
merupakan pengembangan dari mikrokontroler MCS-51. Mikrokontroler ini biasa
disebut juga dengan mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 8 Kbyte yang dapat
dIprogram sampai 1000 kali pemograman. Selain itu AT89S51 juga mempunyai
kapasitas RAM sebesar 128 bytes, 32 saluran I/O, Watchdog timer, dua pointer
data, tiga buah timer/counter 16-bit, Programmable UART (Serial Port). Memori
Flash digunakan untuk menyimpan perintah (instruksi) berstandar MCS-51,
sehingga memungkinkan mikrokontroler ini bekerja sendiri tanpa diperlukan
tambahan chip lainnya (single chip operation), mode operasi keping tunggal yang
tidak memerlukan external memory dan memori flashnya mampu diprogram hingga
seribu kali. Hal lain yang menguntungkan adalah sistem pemogramanan menjadi
lebih sederhana dan tidak memerlukan rangkaian yang rumit.
Gambar 1 Konfigurasi PIN Mikrokontrol AT89S51
SENSOR
ULTRASONIK
Sensor ultrasonik
adalah sebuah piranti yang berfungsi untuk mengubah suatau sinyal listrik ke
dalam energi suara ultrasonik yang dapat dipancarkan ke dalam jaringan,
mengubah energi ultrasonik yang dipantulkan kembali dari jaringan/materi ke
dalam sinyal listrik. Pada sistem elektronik, gelombang ultrasonik dapat
dibangkitkan melalui kristal tipis yang bersifat piezoelectric yang terbuat
dari bahan alami kuarsa, garam Rochelle, tourmaline atau bahan piezoelectric
terbuat dari bahan buatan seperti : Barium Titanate, Lead Circonatetitanate,
Lead Metaniobate. Bahan-bahan tersebut bersifat seperti kapasitor dengan
konstanta dielektrik tertentu yang memeiliki perbedaan muatan listrik dalam
lapisannya. Penggunaan gaya perubahan bentuk atau tegangan pada kristal
asimetris akan menghasilkan suatu tegangan listrik, fenomena ini disebut dengan
efek piezoelectric. Ketika transducer piezoelectric berfungsi sebagai pemancar
(transmitter) akan mengubah energi listrik menjadi energi mekanis (efek piezoelectric
terbalik), dan bila sebagai penerima (receiver) maka akan mengubah energi
mekanis menjadi energi listrik (efek piezoelectric). Untuk membangkitkan
gelombang ultrasonik, bahan tersebut digetarkan oleh rangkaian osilator. Pola
radiasi yang dipancarkan melalui transducer yang berada di depannya tergantung
pada diameter transducer dan panjang gelombangnya. Sehingga transducer yang
sama dapat memiliki pola radiasi yang berlainan, jika medium yang dilalui
berlainan. Pola radiasi suatu transducer ultrasonik merupakan gabungan antara
gelombang bidang datar (bergerak hanya ke satu arah) dan gelombang bola.
Gambar 2 Pola Radiasi Gelombang Elektromagneti
Sensor PING mendeteksi objek
dengan cara mengirimkan
suara ultrasonik
dan kemudian “mendengarkan”
pantulan suara
tersebut. sensor PING hanya akan mengirimkan suara ultrasonik ketika ada
pulsa trigger dari mikrokontroler
(Pulsa high selama 5uS). Suara ultrasonik dengan frekuensi sebesar 40KHz akan dipancarkan
selama 200uS. Suara ini akan merambat di udara dengan kecepatan 344.424m/detik
(atau 1cm
setiap 29.034uS), mengenai
objek untuk kemudian terpantul kembali ke sensor PING. Selama menunggu
pantulan, sensor PING akan menghasilkan sebuah pulsa. Pulsa ini akan berhenti (low) ketika suara pantulan terdeteksi oleh
sensor PING. Oleh karena
itulah
lebar pulsa
tersebut dapat merepresentasikan
jarak
antara sensor PING dengan
objek. Selanjutnya mikrokontroler
cukup mengukur lebar pulsa
tersebut dan
mengkonversinya dalam bentuk jarak
dengan perhitungan sebagai berikut :
Jadi jarak yang terhitung adalah :
Dimana :
S = Jarak antara sensor
ultrasonik dengan objek yang dideteksi
v = Cepat
rambat gelombang ultrasonic di udara (344 m/s)
t = Selisih waktu
pemancaran dan penerimaan pantulan gelombang.
Gelombang ini melalui udara
dengan
kecepatan 344 m/s, lalu
mengenai obyek dan memantul kembali ke sensor.
sensoPING mengeluarkan pulsa output high pada pin SIG setelah memancarkan
gelombang ultrasonik dan
setelah gelombang pantulan
terdeteksi Ping akan membuat output low pada pin SIG.
Lebar pulsa High (t) akan sesuai dengan lama
waktu tempuh gelombang ultrasonik untuk 2x
jarak ukurdengan obyek.
Maka jarak yang diukur ialah
[(t
IN s x 344 m/s) : 2] meter.
LCD (Liquid Cristal Display)
Liquid Crystal Display (LCD) adalah salah satu jenis tampilan yang dapat
digunakan
untuka menampilkan karakter
angka, huruf, dan simbol-simbol lainnya hal ini karena LCD (Liquid
Crystal Display) menggunakan titik yang
berbentuk matriks untuk menampilkan suatu karakter sehingga dengan LCD (Liquid Crystal Display)
dapat dapat
ditampilkan lebih banyak bentuk karakter. LCD (Liquid
Crystal Display) ini dapat menampilkan karakter 16 x 2,yaitu dalam
satu baris dapat menampilkan 16 karakter.
Gambar 3 LCD
DIAGRAM
DAN HASIL PERCOBAAN
Berikut ini adalah blok diagram dan
flowchart dari Alat Pengukur Tinggi Badan ini
Gambar 4 Diagram Blok
Uji coba alat ini dibagi
menjadi beberapa bagian
untuk
memudahkan pengambilan data yaitu uji
bagian power supply dan uji rangkaian sensor ultrasonik sebagai pengukur jarak.
a. Pengujian Pada Power Supply
Sistem kerja keseluruhan dari alat ini
menggunakan power supply dengan tegangan outputan dari power supply sebesar 5V.
Tegangan 5V dibutuhkan untuk tegangan masukkan sensor, mikrokontroller AT89S51,
mengaktifkan LCD (Liquid Crystal Display). Adapun pengujian yang dilakukan
dengan menggunakan multimeter digital dan dengan menggunakan osciloskop.
Gambar 5 Titik Pengambilan Data Tegangan Power Supply
Sistem kerja
keseluruhan dari alat ini menggunakan power supply dengan tegangan outputan
dari power supply sebesar 5V. Tegangan 5V dibutuhkan untuk tegangan masukkan
sensor, mikrokontroller AT89S51, mengaktifkan LCD (Liquid Crystal Display).
Adapun pengujian yang dilakukan dengan menggunakan multimeter digital dan
dengan menggunakan osciloskop.
Tabel 1 Hasil Pengambilan Data Power Supply
Selain menggunakan multimeter digital
untuk mengukur tegangan pada titik-titik pengambilan data tegangan power suplly
digunakan pula osiloskop untuk mengetahui bentuk gelombang dari masing-masing
titik pengukuran.
Gambar 6 Bentuk Gelombang Titik A
Pada titik A bentuk
gelombang masih berupa gelombang sinus dengan volt/div = 5V,
time/div = 10ms, dengan
menggunakan kopling AC pada saat pengukuran. Jadi dengan tinggi gelombang dari garis tengah sebesar 2 kotak 4 garis besar tegangan yang terukur sebesar 14 v, karena bentuk gelombang masig berupa gelombang sinus jadi tegangan rata-ratanya adalah
Gambar 7 Bentuk Gelombang pada Titik B
Pada titik B bentuk
gelombang memiliki sedikit ripple karena telah
melewati kapasitor sehingga masih terdapat sedikit ripple dengan volt/div = 5V, time/div = 10ms.
Dengan menggunakan kopling DC pada saat
pengukuran. Jadi dengan tinggi gelombang dari garis tengah sebesar 2 kotak 3 garis besar
tegangan yang terukur sebesar 13 V.
Gambar 8 Bentuk Gelombang pada Titik C
Pada titik C bentuk
gelombang tidak memiliki ripple dengan volt/div =
5V, time/div = 10ms. Dengan menggunakan kopling DC pada saat pengukuran. Jadi dengan tinggi gelombang dari garis tengah sebesar 1 kotak besar tegangan yang
terukur sebesar 5 V.
b.
Pengujian Sensor Ultrasonik PING
Pengujian pada bagian ini berhubungan
dengan keakuratan sensor ultrasonik
PING dalam mengukur jarak. Pengujian ini
dilakukan dengan cara membandingkan jarak
sebenarnya dengan
pembacaan jarak pada
tampilan LCD.
Tabel 2 Hasil Pembacaan
pada Sensor Ultrasonik
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengukuran, sensor ultrasonik
ini dapat mengukur tinggi badan dengan baik mulai dari 50 cm sampai 200 cm. Pada pengukuran
tinggi pada 210 cm sampai dengan 240 cm, error jarak antara tinggi badan
sebenarnya dengan pembacaan tinggi pada tampilan LCD berkisar antara 4 cm sampai
5 cm.
2. Dari hasil pengujian terlihat bahwa hasil
pembacaan tinggi pada tampilan LCD pada
alat tidak tepat sama dengan tinggi sebenarnya ,dengan persentase kesalahan antara
0.62% hingga 10% dengan rata-rata persentase kesalahan sebesar 1.93%.
Persentase kesalahan pada pengukuran tinggi 10 cm dan 20 cm sangat tinggi yaitu
10 % dan 5% hal ini disebabkan karena rentang jarak yang sangat kecil sedangkan
alat pengukur ini hanya bisa mengukur dalam
ukuran cm saja bukan dalam satuan mm sehingga persentase kesalahannya besar.
Berikut
ini, saya sertakan cuplikan video alat pengukur tinggi badan versi kakak kelas
saya. Enjoy this video and love technology! :)
Source :
http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1472/1/10406768.pdf
http://eprints.upnjatim.ac.id/2218/1/cvr-bab1.pdf
https://www.youtube.com/watch?v=HedtyJ5cjbQ
No comments:
Post a Comment